
Ganjaran pahala surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memilih seseorang dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat. Lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala menggelar untuknya sembilan puluh sembilan catatan amal perbuatan. Setiap catatan sepanjang mata memandang, lantas Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya kepadanya, ‘Apakah ada sebagian di antaranya yang engkau ingkari?’ Dia menjawab, ‘Tidak ada wahai Rabbku.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya lagi, ‘Apakah juru penulisku, para malaikat hafizhun berbuat zhalim kepadamu?’ Dia menjawab, ‘Tidak ada wahai Rabbku.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya, ‘Apakah kamu mempunyai alasan atau mempunyai sautu kebaikan?’ Dia menjawab, ‘Tidak ada wahai Rabbku.’ Lantas Allah ‘Azz wa Jalla berfirman, “Benar, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi-Ku dan sesungguhnya pada hari ini tidak ada kezhaliman atas dirimu, lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu di dalamnya tertulis, ‘Asyhadu an la ilaha illallah wa anna muhammadar rasulullah,’ kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Hadirkan timbangan amalmu.’ Lalu dia barkata, ‘Wahai Rabbku! Apa artinya kartu ini di samping catatan-catatan amal ini?’ Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Sungguh, kamu tidak akan dizhalimi,’ maka catatan amal akan diletakkan di dalam satu piringan timbangan, sedangkan tiket ini diletakkan di piringan timbangan lainnya. Lantas catatan amal perbuatan menjadi ringan dan tiket menjadi berat. Dan tidak ada sesuatu pun yang lebih berat bersama nama Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan at-Tirmidzi. Beliau mengatakan bahwa hadis ini hasan gharib. Diriwayatkan pula oleh al-Baihaqi dan al-Hakim. Dia berkata, “Hadis ini shahih sesuai kriteria Imam Muslim.”
Laki-laki tersebut benar-benar mengucapkan dua kalimat syahadat tulus dari dalam hatinya. Dengan sebab itu Allah maafkan semua dosa-dosanya dan meraih tiket ke surga. Betapa agungnya kalimat hari ini tidak ada kezhaliman atas dirimu, lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu di dalamnya tertulis, ‘Asyhadu an la ilaha illallah wa anna muhammadar rasulullah.
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

EMPAT ORANG YANG KELAK MINTA TANGGUH PADA HARI KIAMAT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan: “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Ada empat golongan, kelak pada hari kiamat akan berhujah dan minta ditangguhkan perkaranya. Orang tuli yang tidak bisa mendengar apapun, orang pandir, orang pikun, dan yang terakhir orang yang hidup pada masa-masa kekosongan tidak ada rasul.
Adapun orang yang tuli, maka ia membela dirinya dengan mengatakan: “Ya Rabb, sungguh Islam telah datang, namun diriku tidak mendengar apapun tentangnya”.
Sedangkan orang yang pandir, mengatakan: “Ya Rabb, Islam telah datang, akan tetapi saya tidak mengerti sama sekali, sedangkan anak-anak kecil melempariku dengan kotoran hewan”.
Orang yang pikun membela dan berkata: “Ya Rabb, Islam datang, namun saya tidak mengerti sama sekali”. Adapun orang yang meninggal pada masa-masa fatroh (tidak ada Nabi maupun Rasul), maka ia mengatakan: “Ya Rabb, Engkau tidak pernah mengutus padaku seorang rasul”.
Maka setelah itu mereka semua diambil sumpahnya agar mentaati -Nya dan diutus pada mereka yang menyuruh agar semuanya masuk ke dalam api. Barangsiapa yang memasukinya maka rasa dingin dan keselamatan yang ia peroleh, dan barangsiapa yang enggan memasukinya maka ia ditarik darinya”.
Hadits ini Shahih, dikeluarkan oleh Imam Ahmad, al-Bazzar, Ibnu Abi ‘Ashim di dalam kitabnya ‘as-Sunnah’, dan al-Baihaqi di dalam ‘al-I’tiqad’, semuanya dari Abu Hurairah dan dari al-Aswad bin Sura’i.
Al-Baihaqi mengatakan: “Sanadnya Shahih”.

Penggemar Heavy Metal Itu Takluk Dengan Keindahan Alquran
Yahiye Adam Godhan adalah anak seorang tukang daging yang banyak menyangsikan dan menentang dogma Kristen. Ia juga merasa heran melihat teman-temannya beribadah kepada Nabi Isa ‘alaihissalam. Di kemudian hari, ketika ia mulai mengenal Islam dan Alquran, ia mendapatkan alasan yang kuat mengapa harus menjadi seorang muslim.
Yahiye menceritakan kisah hidupnya sejak remaja hingga menemukan Islam sebagai jalan hidup yang hakiki. Ia bertutur:
Saat berusia 17 tahun, aku memiliki pengalaman yang sedikit berbeda dengan pengalaman-pengalaman remaja Amerika pada umumnya. Aku dibesarkan di sebuah peternakan kambing di tengah pedesaan, di Western Riverside County, California. Di peternakan keluarga itu, peternakan kami mampu menghasilkan susu, keju, dan daging dari 150 sampai 200 hewan yang kami miliki. Ayahku adalah seorang tukang daging yang menyembelih hewan-hewan pedagingnya dengan cara islami. Kemudian ia memasoknya ke toko makanan Islam yang terletak beberapa blok dari Islamic Center di pusat kota Los Angeles.
Ayahku dibesarkan sebagai seorang agnotis atau ateis, kemudian menjadi penganut Kristen karena tak sengaja mempelajari Injil yang ia temukan tertinggal di pantai. Ayahku punya beberapa teman yang beragama Islam, tapi saat ini, semua teman-teman muslimnya sudah pindah dari California. Sementara ibuku, sejak kecil dididik sebagai seorang Katolik namun ia memiliki prinsip yang sama dengan ayahku, sama-sama tidak mengimani konsep trinitas.
Aku dan saudara-saudaraku mengenyam pendidikan home schooling. Perlu diketahui, kebanyakan keluarga yang mengambil home schooling adalah orang-orang Kristen. Selama delapan tahun lebih, keluargaku berinteraksi dengan komunitas Kristen di home schooling ini. Namun, justru hal itulah yang mulai membuka mataku.
Aku mulai menemukan hal-hal yang kuanggap aneh, meskipun Kristen menyatakan bahwa mereka penganut trinitas, kenyataannya mereka hanya menujukan doa-doa mereka kepada Yesus. Menurutku hal itu benar-benar mengherankan. Orang-orang Kristen menganggap hal itu sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan. Sejak saat itu, secara bertahap aku menyadari bahwa aku tidak bisa menjadi seorang penganut Kristen.
Selanjutnya, aku sangat terobsesi dengan aliran pemuja setan yang ada pada musik heavy metal. Dan tentu saja keluargaku sangat menentang keras hobi baruku ini. Mulailah kuhabiskan hari-hariku untuk terus mendalami musik ini; aku mulai menjalani hidup kotor dan jorok serta menjauhi kebersihan, kamarku kubiarkan begitu sangat berantakan dan kacau, dan hubungnku dengan orang tua mulai menegang, walaupun aku juga sering meminta maaf kepada mereka.
Di tahun berikutnya, aku mulai mendengar khotbah berapi-api di radio dari Kristen Apokaliptik, menceritakan tentang ancaman Islam. Namun peringatan mereka malah menimbulkan rasa ketertarikan di hatiku untuk mengetahui Islam lebih jauh. Aku anggap hal ini sebagai salah satu kegiatan untuk mengisi kekosongan.
Titik balik dari kesia-siaan yang aku lakukan adalah ketika pindah ke Santa Ana, California, tinggal bersama nenekku. Di California, aku berharap bisa mendapatkan pekerjaan. Tapi apa mau dikata, mencari pekerjaan itu sangat mudah diucapkan namun sulit untuk dilalui. Dan saat itulah aku mulai menemukan tempat-tempat diskusi Islam.
Disana, aku menemukan bahwa keyakinan dan praktik agama ini benar-benar sesuai dengan fitrah dan logika manusia. Islam mengajarkan bahwa Allah bukanlah bagian dari manusia, akan tetapi Dia sebagai Dzat yang terpisah dari manusia, esa tak berbilang. Islam memiliki kitab suci yang sangat mudah untuk dipahami sekalipun oleh orang awam. Tidak ada kepausan yang dianggap sempurna dalam hal penafsiran. Setiap muslim memiliki kebebasan menafsirkan Alquran dengan kesadaran akan kadar ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Muslim tidak meyakini bahwa semua orang ditakdirkan masuk neraka. Sehingga Tuhan tidak perlu mengorbankan dirinya disiksa di tiang salib untuk menebus dosa-dosa umat manusia. Muslim meyakini bahwa Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun, kecuali bagi mereka yang ingkar dan memang tidak mau bertaubat kepada-Nya. Muslim tidak percaya akan adanya ras terpilih, semua sama di mata Allah yang membedakannya hanyalah takwa. Dan masih banyak hal-hal lain.
Setelah mulai membaca terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris, aku semakin yakin akan kebenaran dan keaslian ajaran Allah yang terkandung dalam 114 surat Alquran. Setelah bertahun-tahun bergaul dengan orang-orang Islam, aku tahu benar bahwa mereka bukanlah orang-orang yang haus darah, teroris, dan barbar, seperti yang digambarkan oleh media dan para aktivis Injil.
Bekal inilah yang membuatku semakin tertarik untuk mengetahui dan meneliti Islam lebih jauh, lebih dari yang orang lain ketahui. Karena aku belum bisa memutuskan dan memantabkan hati kalau Islam adalah benar-benar takdirku.

Islamic Society of Orange Country
Islamic Society of Orange Country, California.
Sampai akhirnya, pencarian tersebut menemui titik temu. Menurutku, ini adalah proses yang sangat alami tanpa ada paksaan. Pada November 1995, aku mengunjungi komunitas Islam di California, Islamic Society of Orange County, di Garden Grove. Aku katakan kepada salah seorang saudara muslim yang mengurus perpustakaan di sana, bahwa aku ingin memeluk Islam. Lalu dia memberiku beberapa bahan bacaan, dan kemudian aku mengucapkan syahadat di dalam masjid yang penuh sesak.
Minggu berikutnya, kuhabiskan untuk mempelajari tata cara shalat dan merenungkan kebesaran Allah. Menjadi seorang muslim benar-benar sesuatu yang sangat luar biasa!
Subhana rabbiyal ‘aziim!

Hari Kiamat adalah hari yang besar. Hari dimana orang taat dan pelaku maksiat keduanya menyesal. Mereka yang taat menyesal, kenapa dulu tidak beramal lebih banyak dari apa yang telah dilakui. Pelaku maksiat, sesal mereka adalah sesal yang tak terperi. ‘Sekiranya kami dulu mendengarkan dan merenungi, tentu kami tidak menjadi penghuni neraka ini’, kata mereka.
Ada sebuah kisah, yang mengingatkan kita akan besarnya pertanggung-jawaban di hari Kiamat. Kisah tersebut tentang sahabat Nabi ﷺ yang bernama Abu Darda radhiallahu ‘anhu dengan seekor ontanya.
Abu Darda memiliki seekor onta yang ia beri nama Damun. Tidak pernah ia letakkan suatu barang yang tidak mampu dibawa oleh onta itu. Apabila ada seorang yang meminjam si onta, Abu Darda berpesan, ‘Engkau hanya boleh membawa barang ini dan ini padanya, karena ia tidak mampu membawa yang lebih banyak dari itu’.
Ketika serasa ajal hendak datang menjemputnya, Abu Darda memandang ontanya kemudian berkata, “Wahai Damun, jangan kau musuhi aku esok di hadapan Rabbku”, jangan kau tuntut aku pada hari Kiamat kelak di hadapan Rabbku wahai Damun, begitu kiranya kata Abu Darda. “Karena demi Allah, aku tidak pernah membebankan kepadamu kecuali yang engkau sanggupi”, tutupnya.
Semoga Allah ﷻ meridhai Abu Darda, dan mengampuni kesalahannya.
Tentu kita teringat akan diri kita. Suami akan teringat kepada istrinya, dan istri merenungkan adakah kata yang telah membebankan suami.
Adakah kita sebagai suami memberi beban yang tidak mampu diemban istri?
Adakah kita sebagai istri menuntut sesuatu yang terasa berat bagi suami?
Adakah kita mengusahakan sesuatu di dunia ini, yang nanti kita akan menyesali “Seandainya dulu aku tidak melakukan hal ini…”
Abu Darda radhiallahu ‘anhu, seorang yang shaleh, menghisab dirinya atas ontanya, tentu kita lebih layak lagi berkaca dan mengoreksi diri.
Wahai Damun, jangan kau musuhi aku esok di hadapan Rabbku. Karena demi Allah, aku tidak pernah membebankan kepadamu kecuali yang engkau sanggupi.

AYAH DURHAKA
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Tersebutlah seorang gadis, dia wanita karier. Pegawai di sebuah instansi. Terkesan sang ayah ingin menguasai hartanya. Sang ayah sebagai walinya selalu menolak setiap pinangan laki-laki yang hendak menikahinya. Baik karena sebab atau tanpa sebab, semua ditolak mentah-mentah. Sampai berlalu bertahun-tahun lamanya. Hingga dia memasuki usia cukup tua, tidak lagi menjadi arah lirikan kaum lelaki. Tidak disangka, ternyata sang wanita menahan rasa sakit hati mendalam karena sikap orang tuanya. Namun dia tetap berusaha menjadi anak yang berbakti.
Suatu ketika dia sakit karena tekanan batin yang dia alami. Tekanan batin akibat kedzaliman orang tua, yang selalu menolak setiap lelaki yang datang melamarnya. Sakitnya semakin parah, hingga akhirnya dia harus opname di rumah sakit. Setelah menjalani perawatan yang cukup lama, dengan takdir Allah, kematian menjemputnya. Namun tekanan batin itu semakin membesar dan tak tertahankan. Di detik terakhir itulah dia meluapkan perasaannya. Dia panggil ayahnya,
“Wahai ayahku.., ucapkanlah amiin..” dengan sigap, sang ayah mengikutinya, “Amiin..” “Wahai ayahku.., ucapkanlah amiin..” dia mengulangi. “Amii..n” sambut sang ayah. Hingga dialog singkat ini diulang sebanyak tiga kali. Selanjutnya sang anak membaca doanya: “Saya memohon kepada Allah, agar Dia menghalangi ayah dari surga, sebagaimana ayah menghalangiku untuk menikah..!” Kemudian dia menemui ajalnya. (Dzulmul Mar’ah, hlm. 51)
Innaa lillahi wa inna ilaihi raajiuun. Musibah besar yang dialami sang ayah yang dzalim.
Kisah ini bukan untuk ditiru. Baik untuk pelaku maupun korban. Karena jelas keduanya merugikan. Hanya saja anda bisa bayangkan, apa keuntungan sang ayah dengan menolak sekian pinangan lelaki untuk putrinya. Kriteria lelaki seperti apa yang dia inginkan untuk bisa mendampingi putrinya. Mengapa dia tidak mengaca pada dirinya yang penuh kekurangan, sementara dia diterima untuk menjadi suami bagi wanita yang menjadi ibu anaknya.
Ada beberapa orang yang bertanya, kita sering mendengar istilah anak durhaka, untuk menyebut anak yang tidak mengikuti perintah atau melanggar larangan orang tua. Lalu bagaimana dengan orang tua. Adakah orang tua durhaka?
Jawabannya: ada. Tapi istilahnya bukan durhaka. Orang tua yang dzalim. Anak durhaka Vs orang tua dzalim. Sebagaimana istri durhaka, kebalikannya, suami dzalim.
Mereka bisa saling mendzalimi. Bawahan mendzalimi atasan, sebaliknya, atasan mendzalimi bawahan. Ini semua bisa terjadi karena sebab: ketika mereka tidak menunaikan hak dan kewajiban sebagaimana mestinya.
PERINTAH ALLAH UNTUK MENIKAHKAN ORANG LAIN
Allah memerintahkan orang yang sudah menikah untuk turut mensukseskan terbentuknya pernikahan orang lain. Jika dia wali, maka dia berkewajiban menikahkan para wanita yang berada di bawah kewaliannya dengan mencarikan calon suami yang baik. Demikian pula ketika anaknya laki-laki. Orang tua harus memberikan izin kepada putranya untuk menikahi wanita pilihannya, selama tidak ada madharat yang merugikan dirinya atau keluarganya setelah menikah.
Allah berfirman,
وَأَنكِحُوا الأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. An-Nur: 32).
Makna : “orang-orang yang sedirian” adalah orang-orang yang belum menikah, baik laki-laki maupun perempuan.
Ibn Abbas mengatakan,
يأمر تعالى الأولياء والأسياد، بإنكاح من تحت ولايتهم من الأيامى وهم: من لا أزواج لهم، من رجال، ونساء ثيب، وأبكار، فيجب على القريب وولي اليتيم، أن يزوج من يحتاج للزواج، ممن تجب نفقته عليه
Allah memerintahkan kepada para wali dan kepala keluarga untuk menikahkan setiap orang yang belum menikah, yang berada di bawah kewaliannya, baik laki-laki maupun perempuan, gadis maupun janda. Kewajiban keluarga dan wali anak yatim untuk menikahkan setiap anak yang siap menikah, yang wajib dia nafkahi.. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 567).
Imam Ibn Utsaimin mengatakan,
وأوصي أيضاً الآباء بالنسبة لأبنائهم وبناتهم : أن يتقوا الله تعالى فيهم ، لأن الأب إذا كان قادراً على تزويج ابنه وجب عليه أن يزوجه وجوباً كما يجب أن يكسوه ويطعمه ويسقيه ويسكنه يجب عليه أن يزوجه
Aku nasehatkan kepada para bapak (kepala rumah tangga), terkait putra – putri mereka, bertakwalah kepada Allah dalam mengurusi mereka. Karena ketika bapak mampu menikahkan putranya maka dia wajib menikahkannya, sebagaimana dia wajib memberi pakaian, memberi makan, minum, tempat tinggal kepadanya, dia juga wajib menikahkannya. (Al-Liqa as-Syahri, volume 28, no. 2)
Penuhi hak mereka untuk menikah, sebagaimana anda memenuhi hak mereka untuk hidup dengan layak.
Allahu a’lam

ISTRI PENYEJUK HATI
Anas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Putra Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu sedang sakit, lalu Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu keluar rumah. Tak lama kemudian, sang anak meninggal dunia. Tatkala Abu Thalhah pulang, ia bertanya, “Apa yang dilakukan anakku?” Istrinya yang bernama Ummu Sulaim, menjawab, “Ia sudah sangat tenang (Ummu Sulaim bermaksud bahwa anaknya telah meninggal. Sedangkan Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memahami bahwa ucapan Ummu Sulaim tersebut menggambarkan bahwa anaknya telah sembuh).”
Lalu Ummu Sulaim menyediakan makan malam untuk Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu, kemudian ia pun makan malam. Selanjutnya Ummu Sulaim merias diri dengan dandanan yang paling baik untuk melayani suaminya. Setelah perasaan Abu Thalhah tenang dan enak untuk diajak berbicara, Ummu Sulaim mengatakan, “Wahai Abu Thalhah! Bagaimana pendapatmu jika seseorang meminjam suatu pinjaman keapda keluarganya, lalu keluarganya meminta kembali pinjaman tersebut, apakah kaum tersebut berhak menolaknya?” Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Tentu tidak.” Ummu Sulaim melanjutkan, “Ikhlaskan putramu. (maksudnya, putramu telah meninggal dunia. Oleh karena itu, mohonlah pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala).” Abu Thalhah pun marah. Ia berkata, “Kamu tidak memberitahukan kepadaku dari tadi (maksudnya, telah melakukan jinabat lantaran telah bersenggama) baru kamu memberitahuku perihal anak kita?”
Kemudian Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu mengadu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia menceritakan apa yang telah ia lakukan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam justru mengakui apa yang dilakukan oleh Ummu Sulaim, kemudian beliau bersabda, “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberkahi malam kalian berdua.” Di dalam riwayat lain disebutkan, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” Selanjutnya Ummu Sulaim melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Abdullah oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian seseorang dari kalangan Anshar berkata, “Saya melihat sembilan anak, kesemuanya hafal Alquran.” Maksudnya, anak-anak dari Abdullah. Hal ini tidak terjadi kecualii lantaran dikabulkan doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika memanjatkan doa, “Ya Allah, berkahilah keduanya.” (Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani).

Nenek Penjaga Wahyu Alquran
Tahukah Anda, Alquran diturunkan dengan 7 macam cara baca? Atau dikenal dengan Qiraat Sab’ah (qiraat tujuh). Disebut Qiraat Tujuh karena ada tujuh Imam Qiraat yang terkenal. Masing-masing memiliki langgam bacaan tersendiri. Tiap Imam Qiraat memiliki dua orang murid yang bertindak sebagai perawi (periwayat). Tiap perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Alquran sehingga ada empat belas cara membaca Alquran yang masyhur. Apa yang kita baca dan terkenal di masyarakat kita adalah bacaan riwayat Hafs dari Ashim.
Hmm.. rada berat? Loading.. bentar, kita lanjut lagi ya
Menghafalkan Alquran –dengan satu riwayat saja- bukanlah perkara mudah. Tak banyak orang yang memiliki tekad dan mampu konsisten menjaga semangat sampai berhasil menghafalkan Alquran sempurna 30 juz. Menghafalkan Kitabullah ini butuh ketekunan. Kita bisa lihat mereka yang memulai menghafal Alquran. Pertama-tama menghafal beberapa ayat kemudian terkumpul menjadi satu surat. Ayat dan surat yang telah dihafal terus diulang-ulang sambil menambah hafalan yang baru. Keadaan tersebut terus berulang hingga beberapa bulan atau tahun ke depan. Wajar kalau penghafal Alquran begitu dihargai.
Itu baru proses menghafalkan satu riwayat, bagaimana kalau lebih dari satu riwayat? Tentu lebih sulit lagi.
Ada seorang wanita, namanya Ummu as-Saad binti Muhammad Ali Najm. Ia adalah seorang ulama wanita penghafal 10 riwayat bacaan Alquran. Seorang wanita di zaman modern ini yang sangat terkenal di bidang qiraat.
Masa Kecilnya

Ummu Saad dilahirkan pada 11 Juli 1925 di Desa Bandariyah, sebuah desa yang terletak di utara Kota Kairo, Mesir. Ia kehilangan penglihatannya di usia muda. Keluarganya berusaha mengobati matanya dengan pengobatan tradisional yang dikenal di daerah tersebut. Namun sayang, upaya mereka malah membuat Ummu Saad buta total.Ummu Saad
Kebiasaan masyarakat pedesaan di sana, apabila ada seorang anak yang buta, maka mereka mengkhidmatkan sang anak secara total untuk Alquran. Tentu ini kebiasaan yang baik, anak yang berkekurangan tidak diciutkan mentalnya dengan mengemis di jalanan atau hal-hal buruk lainnya. Ia dibesarkan dan dihibur hatinya dengan Alquran yang menyejukkan hati. Alquran yang mulia akan mewarisi kemuliaan untuk mereka. Umur 15 tahun, Ummu Saad berhasil mengkhatamkan hafalannya. Selanjutnya, Ummu Saad tinggal di Kota Iskandariyah, Mesir.
Berkhidmat Untuk Alquran
Setelah menghafalkan Alquran, Ummu Saad semakin giat menambah khazanah pengetahuannya tentang kitabullah. Ia mendatangi seorang ulama wanita, Nafisah binti Abu Ala –ulama Alquran di zamannya- untuk belajar Qiraah 10. Syaikhah Nafisah mensyaratkan suatu hal yang berat bagi siapa yang ingin mempelajari Qiraah 10. Syaratnya adalah mereka tidak boleh menikah selama-lamanya. Menurutnya, dengan menikah, para wanita akan tersibukkan dengan rumah tangga, hingga mereka luput dari 10 riwayat hafalan Alquran yang mereka tekuni. Tentu ini adalah syarat yang tidak dibenarkan syariat dan tidak boleh dipenuhi.
Nafisah sendiri teguh dengan pendiriannya. Dia tidak menikah, mesikupun banyak tokoh yang hendak menikahinya. Ia menyandang status gadis hingga wafat di usia 80 tahun. Syarat berat dari Syaikhah Nafisah diterima oleh Ummu Saad. Ia siap mengabdikan hidupnya untuk menjaga 10 riwayat Alquran tersebut.
Di usia 23 tahun, Ummu Saad telah berhasil menghafalkan 10 riwayat bacaan Alquran. Sebagai bukti kokohnya hafalannya, Syaikhah Nafisah pun memberikan ijazah pengakuan kepadanya.
Ummu Saad mengatakan, “Selama 60 tahun; menghafal, membaca, mengulang-ulang hafalan Alquran, membuatku tidak lupa sedikit pun bagian Alquran. Aku ingat setiap ayat. Tahu surat dan juz dari ayat tersebut. Tahu detil ayat-ayat yang mirip (atau serupa) dengan ayat lainnya. Dan aku tahu bagaimana membaca dengan setiap riwayat bacaan (langgam)ayat tersebut (dalam setiap qiraat). Aku merasakan betapa aku menghafalkan Alquran sebagaimana aku menghafal namaku sendiri. Aku tidak membayang-bayangkan karena lupa, satu huruf pun aku tidak lupa dan keliru pengucapannya. Aku tidak mengetahui ilmu lain selain Alquran dan qiraatnya. Aku tidak pernah menghafal, belajar, atau bahkan mendengar pelajaran selain Alquran al-Karim, matan ilmu qiraat, dan tajwid. Selain itu, aku tidak mengetahui bidang ilmu lainnya.”
Dari sini kita bisa mengetahui betapa murninya bacaan Alquran Ummu Saad karena pikirannya tidak terpengaruh dengan ilmu-ilmu lainnya.
Ummu Saad Menikah
Ummu Saad menikah dengan seorang murid terdekatnya, Syaikh Muhammad Farid Nu’man, seorang qori terkemuka di Iskandariyah. Ummu Saad mengtakan, “Aku tidak bisa memenuhi janjiku yang telah kuucapkan kepada guruku -Syaikhah Nafisah- untuk tidak menikah. Muhammad Farid, biasa menyetorkan hafalannya padaku dengan berbagai qiraat. Aku pun tertarik padanya. Sama sepertiku, ia juga mengalami kebutaan dan mengahfal Alquran sejak kecil. Aku mengajarinya selama 5 tahun lamanya. Setelah ia menyelesaikan belajar 10 qiraat dan mendapatkan riwayat dariku, ia pun melamarku. Dan aku menerimanya.”
Keduanya telah mengarungi bahtera rumah tangga selama 40 tahun, namun belum juga dikaruniai buah hati. Ummu Saad senantiasa berprasangka baik kepada Allah dan mengambil hikmah dari apa yang ia alami. Di tengah kekurangan tersebut, ia berucap, “Alhamdulillah.. Aku merasa bahwa Allah memilihku untuk selalu berada dalam kebaikan. Mungkin, sekiranya aku hamil aku akan sibuk dengan anak-anak dan terluput dari Alquran. Lalu hafalanku hilang”.
Jalur Periwayatannya
Seseorang patut berbangga ketika ia mempelajari Alquran, kemudian bacaannya telah diakui kefasihannya oleh gurunya yang memegang riwayat qiraat. Sehingga kefasihannya mendapat pengakuan sebagaimana (mirip) bacaan ketika Alquran diturunkan kepada Nabi ﷺ dari Allah ﷻ.
Berikut silsilah riwayat bacaan Alquran Ummu Saad: qiraat 10 Ummu Saad dari asy-Syathibiyyah dan ad-Durrah: Syaikhah Nafisah binti Abu al-Ala dari Abdul Aziz Ali Kahil dari Abdullah ad-Dasuqi dari Syaikh Ali al-Hadadi –Syaikhul Qurra di negeri Mesir- dari Syaikh Ibrahim al-Ubaidi dari Syaikh al-Jami’ al-Azhar, Muhammad bin Hasan as-Samnudi dari Ali ar-Rumaili dari Syaikh Muhammad bin Qasim al-Baqri dari Syaikh Abdurrahman bin Syuhadzah al-Yamani dari Ali bin Ghanim al-Maqdisi dari Muhmmad bin Ibrahim as-Samdisi dari asy-Syihab Ahmad bin Asad al-Amyuthi dari Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin al-Jazari asy-Syafi’i dari Abdurrahman bin Ahmad al-Baghdadi dari Muhammad bin Ahmad ash-Sha-igh dari Ali bin Syuja’ul Kamal adh-Dharari (Imam asy-Syathibi) dari Imam Abi al-Qasim dari Imam Ali bin Muhammad bin Hudzail al-Balansi dari Abi Dawu Sulaiman bin Najah dari Imam Abi Amr ad-Dani dari Thahir bin Ghalbun dari Ali bin Muhammad al-Hasyimi dari Ahmad bin Shal al-Asynani dari Abi Muhammad Ubaid bin ash-Shabah dari Hafsh bin Sulaiman dari Ashim bin Bahdalah bin Abi an-Najud dari Abi Abdurrahman Abdullah bin Hubaib as-Silmi dari Utsman dan Ali dan Abdullah bin Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab dan Zaid bin Tsabit dari Rasulullah ﷺ yang menerima wahyu dari perantara Malaikat Jibril dari Allah ﷻ.
Itulah rantai periwayat Ummu Saad bersambung hingga Rasulullah ﷺ.
Murid-muridnya
Banyak pelajar Alquran yang mengambil riwayat darinya. Baik tua maupun muda, laki-laki atau perempuan, kalangan insinyur yang mendalami Alquran, demikian juga dokter-dokter, para guru, dosen-dosen, mahasiswa, dll.
Setiap murid, ia berikan waktu dan perhatian khusus. Masing-masing memiliki waktu tidak lebih dari 1 jam setiap harinya. Mereka membaca, kemudian dikoreksi oleh Ummu Saad kualitas bacaan surat yang telah mereka hafalkan. Ia perbaiki kesalahan-kesalahan muridnya juz per juz hingga selesai 30 juz atas bimbingannya. Koreksi bacaan atau tahsin al-qiraah dilakukan per qiraat. Sedetil itulah ia membimbing murid-muridnya.
Setiap selesai satu qiraat, ia berikan ijazah tertulis sebagai pengakuan atas kualitas bacaan sang murid. Ijazah tersebut juga sebagai bukti bahwa sang murid telah membaca Alquran di hadapannya dengan sempurna, benar, dengan detil tajwid yang tepat. Masya Allah… betapa waktunya ia dermakan untuk Alquran dan menjaga kalam ilahi.
Di antara murid-murid tersebut ada yang hanya mengambil satu qiraat. Sedikit di antara mereka yang mengambil 10 qiraat.
Murid-muridnya yang terkenal adalah dr. Ahmad Nu’aini’, Syaikh Miftah as-Sulthani, dan pengajar-pengajar Ma’had al-Qiraat di Iskandariyah.
Perjalanan Ke Hijaz
Salah seorang murid Ummu Saad menghadiahinya tiket perjalan ke tanah haram untuk menunaikan haji dan umrah. Sang murid juga menjamunya di sana. Dalam kesempatan itu pula, Ummu Saad memberikan sanad bacaan kepada puluhan penghafal Alquran dari berbagai negara. Seperti Arab Saudi, Pakistan, Sudan, Palestina, Libanon, Chad, dan Afganistan. Ijazah termuda diberikan kepada salah seorang penghafal Alquran dari Arab Saudi yang baru berusia 10 tahun.
Wafatnya Sang Penjaga Alquran
Ummu Saad wafat di waktu fajar, tanggal 16 Ramadhan 1427 H bertepatan dengan 9 Oktober 2006 M. Allah ﷻ menganugerahkannya usia cukup panjang, 81 tahun. Jenazahnya dishalatkan di wilayah Bahri, Iskandariyah, Mesir.
Semoga Allah ﷻ merahmati Ummu Saad, membalas segala usaha kebaikannya dan kesungguhannya dalam menjaga Alquran al-Karim. Sedari kecil, ia meng-akrabi Alquran. Menekuni cabang-cabang kelimuannya. Puluhan tahun berlalu dari usianya, di usia senja, ia tetap bersemangat mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk Alquran.
Penutup
Semoga kisah perjuangan Ummu Saad dalam menghafal, menjaga, dan mengajarkan Alquran mampu memberikan inspirasi kepada kita untuk menghafalkan Alquran, mempelajari hukum-hukumnya, mengamalkan dan mendakwahkannya.
Murid-murid Ummu Saad dengan beragam profesi mereka mengajarkan kepada kita, bahwa Alquran pun bisa dihafalkan oleh mereka yang sibuk.

TRAGEDI KARAMNYA KM.MARINA BARU, 19 DESEMBER 2015
Mohon maaf jika tulisan saya mengganggu layar baca anda, Izinkan saya untuk berbagi.
Saya mengenalnya sedari dulu di SMA. Dia adalah adik perempuan dari teman laki-laki saya. Kedekatan kami semakin erat saat dia menjadi teman kerja di Tata Ruang,Dinas PU Kolaka.
Begitupun dua anak itu. Satunya kelas 1 SMA, yang kecil kelas 4 SD. Saya cukup baik mengenal keduanya.
Berita tentang karamnya kapal fiber glass KM. Marina Baru di Perairan Siwa yang berlayar dari Kolaka begitu cepatnya menyebar. Seharusnya kapal itu telah tiba di tujuan pukul 15.00 WITA. Tetapi Qadarullah, hampir semua teman saya di Sulawesi memposting berita yang sama.
Saya pun tak ketinggalan.Malam itu jelas sekali saya mempost sebuah tautan tentang kapal tersebut yang kemasukan air.
Setengah jam berlalu, tiba-tiba handphone suami saya berdering. Rekan kerja saya yang lain mengabarkan tentang Ulfah, demikian kami memanggilnya yang ikut menumpang di kapal itu bersama dua keponakannya. Mereka berencana akan ke Sengkang (Sulsel).
Di ujung telpon, saya tahu Leli (si penelepon) tengah terisak mengabarkan itu. Kaki saya sejujurnya gemetar. Kapal itu awalnya dikabarkan kemasukan air, mesinnya mati, hilang kontak, kemudian karam.
Bagaimana tidak gemetar, sepertinya belum lama berlalu kisah tragis Kapal Fery Windu Karsa yang berlayar menuju Kolaka, tenggelam di Perairan Bone.Korban jiwa sangatlah banyak. Kerabat kami pun ‘hilang’ di sana.
Pasca telepon itu, malam terasa sangat panjang. Mata kami tak bisa terpejam. Suami saya yang ikut gelisahpun, kulihat hanyut dalam doa di tahajud sepertiga malamnya.
Ulfah sudah seperti adik kami.
Malam itu kami menghubungi keluarga di Kolaka Utara, Siwa dan Sampano, tapi hasilnya nihil.
Siang tadi, di depan gerbang rumahnya.
“Leli, tidak tahu apa saya mo bilang pertama…. ??” (Lel, saya tak tahu mau berkata apa untuk membuka pembicaraan..)
Leli hanya tersenyum, dan kami pun masuk ke dalam rumah..
Saya selalu berprasangka baik pada Allah. Tapi sebagai manusia biasa, sungguh kehilangan kontak dengan Ulfah dan kabar tenggelamnya kapal sempat membuat pikiran saya ke mana-mana. Kalau-kalau….. jangan-jangan….
Memeluknya kembali siang ini seperti mimpi. Dia pun begitu. Bermalam di lautan baginya juga seperti mimpi, itu katanya siang tadi.
Mendengarkan dia berbagi pengalamannya, sembari sesekali ku lihat tangannya yang terluka karena tali tambang saat dievakuasi.
19 jam terapung di lautan, hanya berdua dengan keponakannya yang kecil itu. Keponakan satunya lagi, terpisah karena di seret arus dan ombak tinggi saat mereka bertiga lompat ke luar kapal yang airnya sudah setinggi dagu anak SD itu.
Setiap kali Ikram (si kecil), berkata lapar dan haus setelah terombang-ambing di lautan, dia akan berkata:
“Telan saja air liurnya nak, berniatlah..semoga itu bisa membuatmu kenyang dan tidak haus lagi…”
“Tapi tante, kalo nanti kita selamat..saya akan makan banyak. 4 waktu makan sudah kita lewati..”
Ikram sangatlah kooperatif selama kami dalam keadaan itu, demikian kata Ulfah.
Anak itu selalu mendengar apa yang disampaikan, termasuk instruksi menutup hidung agar air laut tak masuk ke dalam hidung, setiap kali ombak akan datang menerjang mereka.
Ikram tak akan terlalu jauh terseret arus.Dia akan tetap berupaya menarik keponakannya, jika ikatan tangan mereka terlepas. Satu lagi, kaki anak itu dilingkarkan di pinggang tantenya. Jika tangan terlepas, masih ada kaki yang terkait. Cerdas. Pikiran perempuan ini masih berfungsi di tengah kondisi seperti itu. Terkadang kepanikan membuat kita mati akal.
Selama 19 jam itu, tak terhitung berapa kali kaki mereka digigit ikan-ikan kecil.
Saya tak bisa membayangkan di posisi mereka, 12 jam bersahabat dengan air dan hanya melihat laut tak berujung, bulan dan bintang, 7 jam hanya bersahabat dengan matahari dan air.
Saat tengah malam hujan turun lebat, bukan main girangnya mereka karena bisa minum air hujan.
Perjuangan yang luar biasa. Doa dan terus berprasangka baik pada Allah, itu kunci mereka bertahan.
“Jika takdir hidupku sampai di sini saja, aku meminta padaMU ya Allah…biarkan mereka menemukanku sementara aku masih berpakaian lengkap dengan hijabku…”
itu doa yang diucapkannya di tengah lautan.
Saya tertampar.
Saya terhenyak.
Hatta, jam 10 pagi mereka melihat kapal dari kejauhan.Kapal itu adalah kapal yang memang diperuntukkan untuk mencari korban tenggelamnya kapal.
Anak kecil itu terlihat gembira, berseru Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar...kami di sini… kami di sini…, sambil melambaikan tangan.
“Saya masih sholat di laut, kalau saya rasa sudah agak lama… saya sholat lagi, demikian anak SD itu bercerita (masuknya waktu sholat, berdasarkan perkiraannya saja..)
Lagi-lagi saya terdiam.
Mengutuki diri,
Masih sehat, dalam kondisi baik, kehidupan enak di dunia, masih juga selalu menunda waktu..
Mungkin, ada juga di luar sana…yang masih enggan bersujud.Mungkin saja…
Satu lagi pelajaran yang saya peroleh siang ini. Tentang ketabahan seorang ibu. Ibu dari anak kecil itu. Tak pernah sedikit waktu pun saya melihatnya menangisi takdirnya. Meski anak sulungnya belum juga ditemukan hingga saat saya menuliskan ini.
Masih dengan mata tabah yang sama, yang kudapati beberapa bulan lalu..saat anak keduanya meninggal karena sakit.
“Kuat sekali ki’… (kamu sangat kuat)”
Hanya itu yang bisa saya ucapkan padanya siang tadi, sambil menepuk bahunya.
“Mauka’ apa….(saya bisa apa..)
Jawabannya singkat. Tapi artinya sangatlah panjang..
“Kita bisa apa…, toh ini skenario Allah.
“Kita bisa apa…, kita hanya manusia.
“Kita bisa apa…, Allah-lah yang punya ketetapan..
“Kita bisa apa…, anak-anak hanyalah titipan.
“Kita bisa apa…, rencana Allah jauh lebih indah
“Kita bisa apa…, sekeras apapun berjuang, jika Allah menakdirkan ini dan itu, akan seperti itulah…
Penafsiran panjang dan tak berujung, untuk sebuah kalimat…”Saya bisa apa”
Satu yang saya tahu, semakin tinggi imanmu..semakin tinggi ujianmu.
Semoga anak Reza Abdillah dan seluruh penumpang bisa segera ditemukan dalam keadaan sehat.
Terimakasih Ulfah, Ikram dan Kak Ria untuk hikmah hidup hari ini..

Lahirnya Rasulullah Isa bin Maryam<
Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah ﷻ. Berbeda dengan manusia lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah ﷻ menghendaki sesuatu terjadi, maka ia akan terjadi.
Adam, Allah ﷻ ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir tanpa campur tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.
Maryam Melahirkan Manusia Mulia
Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan kehormatan. Sudah kami tuliskan kisah Maryam menjaga kesucian dirinya dengan judul Maryam Teladan Bagi Muslimah.
Berita tentang kelahiran Nabi Isa ﷺ menyebar perlahan. Satu per satu orang tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki. Saat hendak melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-Aqsha.
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam | Ayat: 22).
Lahirlah Nabi Isa ﷺ di tempat tersebut.
Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya di masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di tanah yang mulia dan qudus.
Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa bin Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?” “Bisa. Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris. Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?” Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu”. Mereka pun diam.
Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka pun tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka katakan?
Manusia dalam keadaan Nabi Isa ﷺ ini terbagi menjadi tiga:
Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar.
Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah. Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.
Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai seorang nabi dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mengimaninya sebagai hamba Allah.
Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana ia berucap,
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (QS:Maryam | Ayat: 23).
Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah ﷻ menghibur Maryam dengan,
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا
“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam dalam ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah ﷻ. Maryam pun menjadi tenang.
Maryam Bertemu Kaumnya
Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya. Mereka berkata,
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. (QS:Maryam | Ayat: 27-28).
Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.
Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.
Isa, Bayi Yang Penuh Berkah
Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk mereka. Ia pun mengatakan,
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS:Maryam | Ayat: 29).
Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang dilemparkan pada ibunya.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (QS:Maryam | Ayat: 30).
Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah ﷻ, bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (QS:Maryam | Ayat: 31-33).
Kami tutup kisah ini dengan penjelasan Alquran tentang Nabi Isa ﷺ:
ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ ۖ سُبْحَانَهُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ.
“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (QS:Maryam | Ayat: 34-35).
Sumber:
– al-Khomis, Utsman bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf.

Abdullah (39 Tahun) Pekerja Konstruksi yang datang dari Jawa Tengah dan bekerja di PT Takanaka Cikarang.
Sejak beberapa hari ini Buruh Perusahaan Konstruksi ini mengeluh sakit kepada teman-temannya, Menurut temannya istrinya selalu menelpon dengan nada kasar padahal Abdullah seorang suami yang lembut kepada istrinya, Abdullah pulang sebulan sekali demi berhemat.
Pagi ini, Abdullah mengeluh sakit kepala dan panas dingin, selalu memegang kepalanya. Istrinya masih terus menerus menanyakan gaji kapan di transfer tanpa peduli dengan kesehatan Abdullah yang terkadang makan dan minumnya tidak jelas di kawasan Industri.
Abdullah sudah ingin diantar sama teman-temannya tetapi Abdullah pulang sendiri sekalian mau ke ATM buat transfer gaji seluruhnya kepada istri yang selalu dicintainya. Abdullah tidak mementingkan dirinya tetapi istri dan anak-anaknya adalah utama baginya, hanya sayangnya sang istri tak pernah mau tau kondisi Sang Suami.
Gaji Terakhir. Mungkin inilah yang bisa dikatakan untuk Abdullah, Dari Lokasi kerja menuju ATM Rumah Sakit Permata Keluarga, Berseragam Lengkap Perusahaanya. Setelah mentransfer semua gajinya Abdullah terkapar dijalan raya dengan otak berceceran karena sebuah truk melintas dengan cepat. Sang Supir dan Truknya kabur, Jasad berseragam lengkap perusahaan konstruksi masih menempel itu terkapar tak bernyawa. Seakan-akan Abdullah ingin mengatakan "Istriku Sayang, Ini Gaji Mas yang terakhir, Titip anak-anak, Mas kuat disini" (Padahal Abdullah jarang makan menurut rekan kerjanya), Andullah selalu berhemat demi istri dan anak-anaknya.
Innalillahi wa inna ilaihiroji'un
(1 Jam Saya Dilapangan membantu Security menepikan kendaraan yang lewat, Sambil mengumpulkan informasi tentang Abdullah ini)
Ada yang bisa mengambil pesan hikmah dari cerita Abdullah secara keseluruhan?
Silahkan Di Kolom Komentar.
Saya terenyuh dengan Kisah Buruh ini, Betapa perjuangannya menghidupi kekuarga walau tidak dihargai istrinya tak menyurutkan langkahnya untuk terus membahagiakan mereka yang hanya bisa ditemuinya 1x dalam sebulan atau bahkan 1x dalam 2 bulan.
Masihkah para istri tidak menghargai suaminya? Ingat! Ketika Seorang Pria memutuskan menikah maka itu adalah keputusan terbesar dalam hidupnya dan itu pertanda dia siap bertanggungjawab dengan keputusannya itu. Dan dia itu adalah Abdullah.
Masya Allah......